Senin, 17 Januari 2011

Memahami Arti Senyuman Bayi


KOMPAS.com - Duh... siapa yang tidak gemas melihat si kecil tersenyum, sambil matanya menatap Anda dengan antusias. "Ibu pulang!" begitu mungkin serunya. Rasa lelah setelah sepanjang hari bekerja (plus capek hati) pun sekejap menghilang, digantikan oleh rasa bahagia yang meluap tiada terkira saat melihat senyuman di wajah si kecil.

Namun, bila Anda amati, senyum bayi sebenarnya mengandung makna yang beragam. Senyumnya tidak hanya menandakan ia senang karena bertemu ibu atau ayahnya, tetapi juga lebih dari sekadar makna berkomunikasi. Senyuman bayi juga menunjukkan suatu perkembangan otaknya.


Dua jenis senyuman
Sejak lahir, bayi mampu memperlihatkan seringainya, namun senyuman ini seringkali hanya sekilas dan spontan saja sifatnya. Seringai tersebut dipicu oleh kobaran neuron di dalam batang otak, namun tidak dipengaruhi oleh suasana hati yang baik. Ada kalanya ketika buah hati Anda sedang terlelap, senyum ini akan keluar dengan sendirinya. Beberapa ilmuwan memperkirakan senyum ini disebabkan oleh sel-sel motorik yang berada di dekat otak dimana kondisi REM (rapid eye movement, dimana otak mengolah data dan ingatan sehingga bayi sering bermimpi atau mengigau) berasal.

Kadang-kadang, sudut bibirnya yang melengkung itu menampakkan seulas senyum palsu, tipe senyuman yang akan Anda tampilkan ketika sedang difoto atau ketika menerima pemberian dari orang lain. Senyuman yang tulus karena perasaan senang biasanya datang langsung dari sistem lembik (pusat emosi otak) dan mempengaruhi otot-otot mata yang disebut orbicularis oculi (ketika mata menyipit dan pipi mengembang). Anda tidak dapat memaksa otot-otot ini untuk bekerja, sehingga hanya perasaan yang benar-benar sajalah yang dapat membuat wajah Anda berseri-seri.

Dalam empat hingga 10 minggu kehidupannya, sistem lembik dan jaringan motor bayi telah cukup matang untuk menampilkan senyuman emosionalnya yang pertama kali. Bahkan si kecil bisa memberikan isyarat dari suara dan sentuhannya, lebih dari sekadar ekspresi wajah yang bahagia.

Terjadi bonding
Komunikasi antara orangtua dan anak tidak hanya terjadi dalam satu arah, ketika orangtua merawat bayi, tetapi juga ketika terjadi interaksi dua arah. Itulah yang terjadi ketika si kecil mulai menampilkan senyumnya yang asli. Terjadi suatu perlekatan (bonding) antara Anda dan bayi Anda.

Hanya saja, para ahli psikologi juga memperkirakan, bayi-bayi yang lebih besar pun masih sering menunjukkan senyum palsunya pada orangtua. Orang asing, khususnya, hanya kebagian senyum palsu ini. Jadi bila Anda sedang menggoda bayi teman Anda, dan ia tersenyum, jangan ge-er dulu. Mungkin ia hanya berbasa-basi pada Anda.

Merawat Kulit Bayi Baru Lahir

KOMPAS.com - Kulit bayi yang baru lahir masih sangat tipis dan rentan. Banyak hal bisa merusak kulit bayi dan mempengaruhi kesehatannya. Bahan-bahan kimiawi, wewangian, dan pewarna dari deterjen, dan produk-produk bayi bisa mengganggu kesehatan dan kulit bayi. Tak heran jika bayi baru lahir seringkali mengalami kulit iritasi, kekeringan, kulit pecah-pecah, dan ruam.

Keuntungan untuk kesensitivitasan kulit bayi adalah setiap sentuhan Anda akan membuatnya merasa dimanja, dijaga, dan diberikan kenyamanan, hal-hal ini sangat penting dalam perkembangan bayi.

Kulit bayi yang baru lahir cenderung berkeriput dan memiliki lapisan pelindung tipis (vernix) yang akan lepas perlahan. Ini merupakan proses alamiah yang terjadi di minggu pertama bayi. Tak perlu dipaksa untuk membuat kulit-kulit tersebut lepas, jangan digosok atau dibantu melepasnya dengan lotion atau krim. Namun, ada kondisi ketika bayi lahir melebihi waktu perkiraan, proses pelepasan kulit ini akan terjadi saat bayi masih berada dalam rahim.

Untuk perawatan kulit bayi baru lahir, yang alami lebih baik. Para dokter anak menyarankan untuk tidak memandikan bayi baru lahir terlalu sering. Terlalu sering terpapar oleh zat kimia bisa membangun sistem alergi di kehidupan di masa mendatang si bayi. Terlalu sering memandikan si bayi bisa menghilangkan minyak alami kulit yang melindungi kulit bayi. Jika ini terjadi, maka kulit bayi akan jadi sangat rentan, tak heran jika terjadi eksim pada kulit bayi.

Disarankan pula untuk Anda tidak menggunakan produk-produk bayi di awal bulan kehidupan si bayi. Sistem imun tubuh si bayi masih dalam perkembangan. Jika Anda memiliki sejarah keluarga masalah kulit, alergi, atau asma, akan sangat bijaksana untuk melindungi sistem imun tubuh si bayi, sekaligus melindungi si bayi dari hal-hal yang bisa mencetus alergi.

Amat disarankan untuk mencuci pakaian bayi sebelum digunakan. Hanya gunakan deterjen khusus pakaian bayi yang bebas dari pewangi dan pewarna. Cucilah segala kain yang berhubungan langsung dengan kulit bayi secara terpisah dari pakaian keluarga. Tambahkan bilasan air agar benar-benar memastikan pakaian tersebut terbebas dari zat kimiawi.

Kecuali karena air liur dan kotorannya sendiri, tubuh bayi yang baru lahir tidak terlalu kotor. Dalam keadaan nyaman, bayi tidak terlalu banyak berkeringat. Untuk satu bulan pertama, lap tubuhnya dengan spons dua-tiga kali seminggu sudah cukup untuk menjaga kebersihan si bayi. Sesekali, coba lap bagian dalam mulut bayi dan daerah popok dengan sedikit air atau pembersih.

Merawat Kulit Bayi Baru Lahir



Kulit bayi baru lahir sangat tipis dan rentan. Namun dari ketipisan itu, ia jadi lebih mudah merasakan kenyamanan sentuhan Anda.

KOMPAS.com - Kulit bayi yang baru lahir masih sangat tipis dan rentan. Banyak hal bisa merusak kulit bayi dan mempengaruhi kesehatannya. Bahan-bahan kimiawi, wewangian, dan pewarna dari deterjen, dan produk-produk bayi bisa mengganggu kesehatan dan kulit bayi. Tak heran jika bayi baru lahir seringkali mengalami kulit iritasi, kekeringan, kulit pecah-pecah, dan ruam.

Keuntungan untuk kesensitivitasan kulit bayi adalah setiap sentuhan Anda akan membuatnya merasa dimanja, dijaga, dan diberikan kenyamanan, hal-hal ini sangat penting dalam perkembangan bayi.

Kulit bayi yang baru lahir cenderung berkeriput dan memiliki lapisan pelindung tipis (vernix) yang akan lepas perlahan. Ini merupakan proses alamiah yang terjadi di minggu pertama bayi. Tak perlu dipaksa untuk membuat kulit-kulit tersebut lepas, jangan digosok atau dibantu melepasnya dengan lotion atau krim. Namun, ada kondisi ketika bayi lahir melebihi waktu perkiraan, proses pelepasan kulit ini akan terjadi saat bayi masih berada dalam rahim.

Untuk perawatan kulit bayi baru lahir, yang alami lebih baik. Para dokter anak menyarankan untuk tidak memandikan bayi baru lahir terlalu sering. Terlalu sering terpapar oleh zat kimia bisa membangun sistem alergi di kehidupan di masa mendatang si bayi. Terlalu sering memandikan si bayi bisa menghilangkan minyak alami kulit yang melindungi kulit bayi. Jika ini terjadi, maka kulit bayi akan jadi sangat rentan, tak heran jika terjadi eksim pada kulit bayi.

Disarankan pula untuk Anda tidak menggunakan produk-produk bayi di awal bulan kehidupan si bayi. Sistem imun tubuh si bayi masih dalam perkembangan. Jika Anda memiliki sejarah keluarga masalah kulit, alergi, atau asma, akan sangat bijaksana untuk melindungi sistem imun tubuh si bayi, sekaligus melindungi si bayi dari hal-hal yang bisa mencetus alergi.

Amat disarankan untuk mencuci pakaian bayi sebelum digunakan. Hanya gunakan deterjen khusus pakaian bayi yang bebas dari pewangi dan pewarna. Cucilah segala kain yang berhubungan langsung dengan kulit bayi secara terpisah dari pakaian keluarga. Tambahkan bilasan air agar benar-benar memastikan pakaian tersebut terbebas dari zat kimiawi.

Kecuali karena air liur dan kotorannya sendiri, tubuh bayi yang baru lahir tidak terlalu kotor. Dalam keadaan nyaman, bayi tidak terlalu banyak berkeringat. Untuk satu bulan pertama, lap tubuhnya dengan spons dua-tiga kali seminggu sudah cukup untuk menjaga kebersihan si bayi. Sesekali, coba lap bagian dalam mulut bayi dan daerah popok dengan sedikit air atau pembersih.

Inilah Masalah Kulit yang Paling Sering Dialami Bayi

KOMPAS.com - Sebagai orang dewasa, ketika ada nyamuk saja yang menggigit kulit kita, rasanya sudah tidak nyaman, dengan rasa gatal dan bentol yang menyiksa. Bayangkan apa rasanya jika si bayi, yang struktur kulitnya belum sempurna, harus mengalami masalah kulit. Wah, pasti amat tidak nyaman. Padahal, tanpa kita sadari, masalah pada kulit pada bayi adalah kesalahan para orang yang mengurus si bayi, lho.

di acara Johnson's Baby Day yang berlangsung di Epicentrum Walk, Kuningan, beberapa waktu lalu, dr Titi Lestari Sugito, dari Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI), mengatakan, "Lebih dari 80 persen anak pernah mengalami masalah kulit, apalagi di iklim seperti di Indonesia, yang lembap. Jika tidak dirawat dan dijaga kebersihannya, tak heran akan mengalami masalah."

Berikut adalah masalah-masalah kulit yang paling sering dialami bayi beserta solusinya;
1. Biang keringat
Indikator dari penyakit kulit ini adalah adanya lepuh-lepuh halus sebesar pangkal jarum pentul, dan tampak bintil-bintil merah berukuran kecil. Biasanya di bagian dahi, dada, dan punggung. Amat jamak ditemukan pada anak-anak. Biasanya terjadi karena jalur keringat yang tersumbat dan karena udara di sekitar si bayi panas dan lembab, serta kebersihan yang kurang.
Solusinya, antara lain adalah dengan memastikan aliran udara pada tubuh anak cukup baik, kebersihan kulit terjaga (mandi dengan sabun), dan pakaian yang dikenakan cukup nyaman. Setiap kali bayi terlihat mulai berkeringat, cuci bagian tubuh tersebut, seka, keringkan dengan benar, ganti bajunya.

2. Dermatitis seboroik
Terlihat kulit bersisik, kemerahan, berminyak, terutama di daerah sebore (kepala, muka, telinga, dada, dan lipatan), paling banyak pada bayi usia 4-6 minggu. Menurut dr Titi, ini terjadi akibat menempelnya hormon ibu pada bayi, dan ini merupakan bawaan.

Solusinya, anjur dr Titi adalah dengan mengoleskan baby oil di kulit tersebut semalaman, lalu di pagi harinya dicuci dengan shampo. Biasanya, akan hilang sekitar 6 bulanan. Namun, karena gatal, si kecil menggaruk, akan membuat kulitnya lebih rentan terluka. Pastikan si bayi dalam keadaan nyaman dan terjaga kebersihannya.

3. Kulit kering
Permukaan kulit si bayi terasa kasar, dan kadang melepuh. Kadar kering kulit pun berbeda. Untuk kulit yang keringnya tidak terlalu parah, masih bisa dioleskan lotion atau krim bayi sesuai keperluan dan segera sesudah dimandikan. Namun, jika cukup parah, bisa gunakan baby oil.

4. Lecet
Kulit tampak memerah dan terkadang ada luka. Seringkali dijumpai pada anus bayi. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan krim bayi khusus agar mencegah lecet terjadi lagi.

5. Dermatitis popok/diaper rash/ruam popok/eksim popok
Biasa terjadi pada bagian kulit yang tertutup popok. Dipaparkan oleh dr Titi, hal ini terjadi karena cara pemakaian popok yang salah. Setidaknya 50 persen bayi yang menggunakan popok mengalami hal ini. Mulai terjadi di usia beberapa minggu hingga 18 bulan (terbanyak terjadi di usia bayi 6-9 bulan). Biasanya, terjadi karena salah pemakaian popok. Popok memiliki batas kapasitas tampung urin dan tinja. Jika kotoran sudah melebihi daya tampung, bisa jadi akan kembali berkontak dengan kulit. Tak bisa diukur secara kasat mata, memang, namun, sekarang sudah ada beberapa popok yang memiliki pengukur.

Solusinya memang butuh kejelian dari orang yang mengasuh anak. Setiap kali sudah mulai terasa berat, atau sudah terasa agak berat, segera bersihkan dan keringkan daerah kelamin si bayi, beri krim, dan ganti popoknya. Ruam popok paling sering terjadi saat bayi tertidur di malam hari karena kadang orangtua jarang memerhatikan popok si bayi di malam hari.

6. Dermatitis Atopik/Eksim susu
Eksim susu merupakan radang kronik yang terjadi secara berulang, gatal, dan akibat hipersensitivitas. Sebanyak 38 persen terjadi pada bayi yang usianya di bawah 3 bulan, 85 persen lainnya terjadi pada anak usia di 1 tahun pertama, dan sebanyak 95 persen lainnya terjadi sebelum usia 5 tahun.

Dr Titi menjelaskan, bahwa penyebab eksim susu selain karena pada dasarnya adalah hipersensitivitas atau bawaaan dari dalam diri, namun juga ada andil dari luar, yakni lingkungan, alergen (makanan, debu, kuman S. aureus). Biasanya, kulit bayi yang memiliki masalah ini, cenderung kering dan tak memiliki pelindung, jika kelembapan itu hilang atau berkurang, maka akan rentan bereaksi.

Solusinya adalah perawatan kulit yang tepat dan selalu beri kelembapan kulit ekstra. Sehabis ia main, selalu pastikan ia mandi dengan bersih, gunakan sabun, bersihkan menyeluruh, atau jika berkeringat, selalu seka. Jangan lupa dikeringkan, lalu berikan krim untuk perlindungan.