Sabtu, 19 November 2011

Perilaku Tertentu pada Bayi Bisa Merupakan Ciri Awal dari Autisme



Para peneliti di Canada dan Amerika menemukan 16 ciri2 awal perilaku bayi yang merupakan prediksi akurat untuk timbulnya autisme dikemudian hari.

Para peneliti di Canada dapat menunjukkan bahwa perilaku tertentu pada bayi bisa meramalkan dengan cukup akurat bahwa akan berkembang menjadi gejala autisme.
Suatu penelitian yang masih sedang berjalan pada 200 bayi Canada adalah penelitian terbesar yang pernah dilakukan. Bayi2 tersebut mempunyai kakak yang terdiagnosa dengan ASD (Autism Spectrum Disorder). Mereka dipantau terus selama lebih dari 24 bulan. Penemuan awal ini telah dipublikasikan bulan April dalam International Journal of Developmental Neuroscience.

Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai seorang anak autistik mempunyai kemungkinan mempunyai anak autistik lagi sekitar 5-10 persen.
Penelitian Canada dimulai sebagai kerja sama antara McMaster University (Offord Centre for Child Studies in Hamilton), The Hospital for Sick Children di Toronto, dan
IWK Health Centre in Halifax. Penelitian ini telah menarik perhatian nasional.Semula dibiayai oleh The Hospital for Sick Children Foundation, sekarang dibiayai oleh The Canadian Institute of Mental Health Research, penelitian ini berkembang dan mengikut sertakan 14 kota diseluruh Canada dan Amerika.
Penelitian ini akhirnya menjadi kerja sama yang besar antara Canada dan Amerika.

Dari seluruh gangguan perkembangan yang ada, Retardasi Mental adalah yang terbanyak, kemudian disusul oleh Gangguan Spektrum Autisme. Meskipun seluruh kumpulan gejalanya luas, bisa sangat ringan maupun sangat berat, namun semuanya menunjukkan gangguan dalam bidang, komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.
Gangguan ini demikian kompleksnya dan diagnosanya tergantung dari kemampuan dan pengalaman klinis pemeriksa, oleh karena instrument yang bisa mengukur autisme untuk bayi belum ada.

Saat ini para peneliti Canada membuat instrument tersebut yang disebut : Autism Observation Scale for Infants (AOSI). Instrumen ini mengukur perkembangan bayi mulai 6 bulan, mencari 16 ciri-ciri yang khas yang menimbulkan risiko timbulnya autisme, seperti misalnya :

-        tidak mau tersenyum bila diajak senyum
-        tidak bereaksi bila namanya dipanggil
-        temperamen yang passif pada umur 6 bulan, diikuti dengan iritabilitas yang tinggi
-        kecenderungan sangat terpukau dengan benda tertentu
-        interaksi sosial yang kurang
-        ekspresi muka yang kurang hidup pada saat mendekati umur 12 bulan.
-        pada umur satu tahun anak-anak ini lebih jelas menunjukkan gangguan komunikasi dan berbahasa.
-        bahasa tubuhnya kurang
-        pengertian bahasa reseptif maupun ekspresif rendah.

Apakah cirri-ciri diatas ini merupakan ciri dini dari autisme, atau merupakan perilaku yang menyebabkan berkurangnya kemampuan sosialisasi sehingga timbul gangguan perkembangan seperti autisme ? Bagaimanapun hasil penelitian ini akan membuat kita lebih mengerti kapan autisme pada seorang anak mulai timbul.

Dr Zwaigenbaum mengatakan bahwa kekuatan prediksi dari cirri-ciri ini sangat kuat. Dari anak yang telah dipantau selama 24 bulan, yang kemudian benar-benar terdiagnosa sebagai ASD , menunjukkan sedikitnya 7 dari 16 ciri-ciri tersebut.
Dengan mengenali ciri2 tersebut sedini mungkin, diagnosa bisa ditegakkan sedini mungkin, dan  intervensi bisa dimulai lebih dini. Hal ini akan mempengaruhi masa depan anak tersebut.

Jessica Brian, salah seorang yang turut mengambil bagian dalam penelitian tersebut  di Hospital for Sick Children sudah mulai mengembangkan teknik2 intervensi dini untuk bayi yang menunjukkan ciri2 tersebut.
John Kelton, dekan dan vice president dari McMaster’s Faculty of Health Science mengatakan : “ Ini merupakan langkah maju yang penting. Kelompok di Offord Centre benar2 melakukan langkah nyata dalam memberikan penanganan yang lebih baik bagi anak2 dan keluarga dimana ada seorang yang menderita gangguan autistik".
The Offord Centre for Child Studies di McMaster University adalah sebuah pusat penelitian mengenai perkembangan anak yang diakui secara internasional.

Untuk mengetahui lebih banyak bukalah website mereka : http://www.offordcentre.com

Sumber : Yayasan Autisma Indonesia (YAI)
Website : http://www.autisme.or.id

Jumat, 18 November 2011

IBU HAMIL KEROKAN DAPAT MENYEBABKAN BAYI LAHIR PREMATUR

Terbilang ini sudah menjadi kebiasaan bagi para ibu – ibu yaitu kerokan disaat pegal – pegal, capek, meriang, dsb. Namun kerokan itu ternyata ada bahaya juga loh? Apalagi pada saat ibu sedang hamil, bisa menyebabkan bayi lahir prematur.
Berikut ini adalah penjelasan dari dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan divisi Fetomaternal dr. Ali Sungkar SpOG :
Sebagian orang cenderung belum lega kalau badannya belum dikerokin pada saat mereka merasa pegal- pegal, capek, dan meriang. Biasanya bagian – bagian yang sering dikerokin adalah punggung, leher belakang, bahu, pinggang, dada dan lengan atas.
Inflamasi Pada Permukaan Kulit
Kulit bekas kerokan tadi bisa terjadi inflamasi dan mengalami peradangan. Sehingga pembuluh darah terbuka dan aliran darah menjadi lancar. Karena lebih banyak oksigen dan nutrisi yang tersedia untuk jaringan otot.
Zat yang menyebabkan rasa pegal akan segera dibawa oleh aliran darah untuk dibuang dan dinetralkan. Selain itu inflamasi juga dapat meredakan nyeri otot, juga memicu reaksi kardiovaskuler. Tandanya adalah peningkatan suhu tubuh secara ringan antara 0,5-1 celcius.
Merangsang Kontraksi Dini
Terjadi reaksi terhadap inflamasi tubuh yang akan dilepas oleh mediator anti inflamasi dan keluar zat yang dikenal Cytokines (sel yang memperkuat sistem kekebalan tubuh saat virus memasuki badan). Zat tersebut akan merangsang pelepasan Prostaglandin yaitu zat yang menyebabkan kontraksi pada rahim. Bila dilakukan pada ibu hamil maka akan terjadi persalinan dini/pres term.
Jadi, dikerok dibagian tubuh mana saja, akan terjadi hal yang sama yakni efek lokal dengan manifestasi sistemik.
Maka dari itu, sebaiknya hindari kerokan selama hamil karena reaksi inflamasinya bisa memicu kontraksi dini. Efeknya ke janin memang tidak secara langsung, namun resiko persalinan prematurlah yang dikhawatirkan.
Nah, untuk ibu – ibu hamil, berhati – hatilah. Utamakan kesehatan dan keselamatan buah hati menjelang hamil maupun pada saat persalinan. Berikan yang terbaik bagi buah hati anda.
Sumber : rujakmanis.com

Kamis, 17 November 2011

KASIH SAYANG, KUNCI MENANGANI ANAK AUTIS

Jakarta, Kompas - Kasih sayang serta kesabaran ekstra merupakan pendekatan yang kerap terabaikan dalam pendidikan anak autis di sejumlah klinik terapi. Karena upaya membentuk perilaku positif terhadap mereka tanpa sadar cenderung bernuansa kekerasan, maka anak menjadi trauma, takut mengikuti terapi, atau orangtuanya yang tidak terima."Bahkan, terkesan pembentukan perilaku pada anak autis seperti mendidik perilaku hewan. Misalnya, menyuruh duduk dengan mata melotot, bentakan, teriakan. Kalau tidak menurut disentil, dijewer, dan tindakan kekerasan lain," ungkap psikolog anak Dra Psi Hamidah MSi dalam seminar "Pendidikan Anak Autis dengan Pendekatan Humanistik" yang digelar Perhimpunan Autisme Indonesia pada Kongres Nasional Autisme Indonesia I di Jakarta, Sabtu (3/5).
Autisme merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat atau luas, dan dapat terjadi pada anak dalam tiga tahun pertama kehidupannya. Penyandang autis memiliki gangguan berkomunikasi, interaksi sosial, serta aktivitas dan minat yang terbatas serta berulang-ulang (repetitif). Gejalanya misalnya, anak tidak bisa bicara atau terlambat bicara, bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti, tidak mau kontak mata, tidak mau bermain dengan teman sebaya.
Ada juga yang gemar melakukan aktivitas berulang-ulang tanpa mau diubah, terpukau pada bagian-bagian benda, seperti senang melihat benda berputar, jalan berjinjit, menatapi telapak tangan, serta berputar-putar. Hal tersebut membuat anak autis seperti hidup pada dunianya sendiri.Metode yang sering diterapkan untuk membentuk perilaku positif pada anak autis, yaitu Applied Behavior Analysis (ABA) atau metode bivavioristik yang dikenalkan Prof Dr Lovaas di Amerika Serikat. Metode bertujuan membentuk atau menguatkan perilaku positif anak autis dan mereduksi perilaku negatifnya. Namun, pada pelaksanaannya tidak jarang terapis menerapkannya dengan cara-cara yang relatif keras."Memang benar harus tegas dan konsisten. Tetapi juga harus telaten, sabar, dan penuh kasih sayang. Prinsipnya mengajarkan dengan perasaan. Metode ABA sebenarnya tidak keras seperti itu. Dengan pendekatan lebih manusiawi, kita bisa membentuk perilaku positif pada anak autis," kata Hamidah.
Menurut dia, apa yang diajarkan terapis harus dilanjutkan orangtua di rumah. Tanpa peran orangtua itu bisa sia-sia. "Waktu di tempat terapi paling hanya empat jam. Sisanya ketelatenan dan kesabaran orangtua sangat amat penting demi kesembuhan dan perkembangan si anak," tegas Hamidah.
Namun, sejauh yang diketahuinya biaya terapi di berbagai klinik terapi di Indonesia masih relatif mahal sehingga hanya mampu menjangkau kalangan mampu.  
Sumber : Kompas.com  

Rabu, 16 November 2011

GIZI TEPAT IBU HAMIL


* Kalori
Selama hamil, ibu membutuhkan tambahan energi/kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, juga plasenta, jaringan payudara, cadangan lemak, serta untuk perubahan metabolisme yang terjadi. Di trimester II dan III, kebutuhan kalori tambahan ini berkisar 300 kalori per hari dibanding saat tidak hamil. Berdasarkan perhitungan, pada akhir kehamilan dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari kebutuhan kalori sebelum hamil.
* Lemak
Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga yang vital dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan yang normal, kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III. Tubuh wanita hamil juga menyimpan lemak yang akan mendukung persiapannya untuk menyusui setelah bayi lahir.
* Protein
Kebutuhan protein bagi wanita hamil adalah sekitar 60 gram. Artinya, wanita hamil butuh protein 10-15 gram lebih tinggi dari kebutuhan wanita yang tidak hamil. Protein tersebut dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, maupun plasenta dan janin. Protein juga dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan diferensiasi sel.
* Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan karbohidrat sebagai sumber kalori utama. Pilihan yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serealia, nasi dan pasta. Selain mengandung vitamin dan mineral, karbohidrat kompleks juga meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama hamil untuk mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar dan wasir.
* Vitamin dan mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum hamil. Ini perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Tak cuma itu. Tambahan zat gizi lain yang penting juga dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme energi seperti vitamin B1, vitamin B2, niasin, dan asam pantotenat. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah, sedangkan Vitamin B6 juga berperan penting dalam metabolisme asam amino.
Kebutuhan vitamin A dan C juga meningkat selama hamil. Begitu juga kebutuhan mineral, terutama magnesium dan zat besi. Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dari jaringan lunak. Sedangkan zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah dan sangat penting untuk pertumbuhan dan metabolisme energi, disamping untuk meminimalkan peluang terjadinya anemia. Kebutuhan zat besi menjadi dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil.
DAMPAK KURANG GIZI
Kekurangan asupan gizi pada trimester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sedangkan kekurangan energi terjadi pada trimester II
dan III dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia kehamilannya. Contoh konkretnya adalah kekurangan zat besi yang terbilang paling sering dialami saat hamil. Gangguan ini membuat ibu mengalami anemia alias kekurangan sel darah merah. Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia, selain kelainan bawaan pada bayi, dan keguguran.
Padahal, tak sulit memperoleh tambahan zat besi dan asam folat ini. Selain dari suplemen, juga dari bahan makanan yang disantapnya. Namun ibu hamil tak dianjurkan mengonsumsi suplemen multivitamin karena kelebihan vitamin A dan D dosis tinggi dalam tubuh justru dapat menimbulkan penumpukan yang berefek negatif. Suplemen dalam bentuk jejamuan juga tidak dianjurkan jika kebersihan dan keamanan bahannya tidak terjamin.
ANJURAN KHUSUS
Ibu hamil sebaiknya mengonsumsi sedikitnya dua gelas susu sehari atau kalau tidak, santaplah hasil produksi ternak lainnya. Ingat, keanekaragaman bahan makanan merupakan kunci dari menu makanan bergizi seimbang. Kebutuhan kalori mudah didapat dari tambahan porsi biji-bijian, sayuran, buah dan susu rendah lemak. Jika ibu baru mengonsumsi menu bergizi setelah beberapa minggu kehamilan, diharapkan keterlambatannya tidak melampui masa trimester II yang merupakan masa pertumbuhan janin terbesar.
Bagi ibu hamil sebenarnya tidak ada makanan yang benar-benar harus dihindari, kecuali alkohol. Namun bila ibu mengalami keluhan mual-muntah, maka ia tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang dapat merangsang keluhan mual-muntahnya. Contohnya adalah durian. Jika tidak ada keluhan, buah ini boleh dikonsumsi selama hamil asalkan jumlahnya wajar, yaitu sekitar 35 gram dalam sehari.
Olahan apa pun seperti makanan yang dibakar boleh saja disantap asalkan benar-benar matang dan tidak dikonsumsi bagian gosongnya. Selanjutnya, apabila ibu hamil telah mengonsumsi menu makanan sesuai anjuran, maka camilan tanpa kalori boleh-boleh saja dikonsumsi seperti agar-agar, gelatin dan sejenisnya.
Selain alkohol, kopi juga tidak dianjurkan diminum selama hamil karena kurang mengandung zat gizi dan kemungkinan memberikan efek negatif walau hal ini masih diperdebatkan. Merokok aktif maupun pasif juga harus dihentikan karena berkaitan dengan tingginya risiko keguguran, bayi lahir meninggal, lahir prematur, ataupun lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2.500 gram).
PANTAU KENAIKAN BERAT BADAN
Pada trimester I biasanya ibu hamil akan mengalami penyesuaian terhadap perubahan fungsional dalam tubuhnya akibat proses kehamilan. Di antaranya keluhan mual-muntah dan rasa tidak nyaman lainnya. Dengan demikian, asupan makanan selama trimester ini belum dapat menaikkan BB ibu hamil. Normalnya, pada trimester I berat badan diharapkan naik kurang dari 2 kilogram. Sedangkan pada trimester II dan III sebaiknya kenaikan BB kurang dari 1/2 kg setiap minggunya.
Ibu hamil yang tergolong kurus sebelum hamil, diharapkan bisa mencapai kenaikan BB sebanyak 12,5­18 kg pada akhir kehamilan. Sedangkan untuk mereka yang tidak kurus dan tidak gemuk alias memiliki berat badan ideal diharapkan mencapai kenaikan BB sebesar 11,5­16 kg di akhir kehamilannya. Sedangkan mereka yang kelebihan BB saat sebelum hamil diharapkan kenaikan BB-nya hanya 7­11,5 kg pada akhir kehamilannya. Sementara wanita hamil yang kegemukan sebelum hamil, kenaikan BB dianjurkan sebatas 6 kg atau lebih sedikit pada akhir kehamilannya. Agar kenaikan berat badan terjaga, tentu saja ibu perlu secara berkala dan rutin menimbang badan bersamaan dengan pemeriksaan kehamilan.

Selasa, 15 November 2011

Deteksi Dini Autisme


Bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk berkembang secara optimal.
Untuk dapat mengetahui gejala autisme sejak dini, telah dikembangkan suatu checklist yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers). Berikut adalah pertanyaan penting bagi orangtua:
1.    Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
2.    Apakah anak anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada sesuatu?
3.     Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?
4.    Apakah anak anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada orangtua?
5.    Apakah anak anda berespon bila dipanggil namanya?
6.    Bila anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah mainan tersebut?

Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka anda sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme.