Jumat, 11 Februari 2011

10 Alternatif Selain Memukul Si Kecil

Memukul anak bukanlah sesuatu yang secara sadar ingin dilakukan oleh para orang tua. Seringkali hal tersebut terjadi saat mereka kehilangan kesabaran atau merasa *desperate*. Seorang ayah mungkin memberi anaknya pukulan ringan karena telah memintanya untuk mematikan televisi sebanyak tiga kali namun tidak diacuhkan. Contoh lainnya pada saat seorang anak yang berusia empat tahun berlari menyebrang jalan, ibunya mungkin memberi pukulan dan mengingatkan untuk tidak berlari menyeberang jalan lagi. Setiap orang tua pasti merasa kesal dan terganggu apabila anaknya tidak mendengarkan mereka. Rasa takut juga memiliki efek yang sama: "Apa jadinya kalo dia tidak begitu beruntung saat berlari menyeberang jalan berikutnya?!?!". Sebagian besar orang tua pasti pernah merasa ingin memukul anaknya.
Menurut American Academy of Pediatrics, pemukulan terhadap anak terjadi setidaknya sekali dalam seminggu oleh orang tua dari keluarga kelas menengah. Kenapa banyak orang tua yang memukul anaknya? Kita mungkin berasumsi bahwa dengan pukulan, anak lebih cepat mengerti dan sadar akan kesalahannya. Tetapi sebenarnya, pukulan itu hanya berhasil jika dan hanya jika anda melihatnya dalam jangka pendek. Lucy, anak berusia 3 tahun, mengambil bonekanya dan lari secepat-cepatnya ketakutan setelah ibunya memberi pukulan di pantat. Namun guru Lucy di sekolah perlu memperhatikan Lucy dengan seksama karena dia memiliki kecenderungan untuk mem-"bully" anak-anak lainnya yang lebih muda. Apakah ada keterkaitan antara kedua hal tersebut?

Pada tahun 2002 dilakukan riset mengenai bagaimana pemukulan berefek kepada anak. Psychologist Elizabeth Thompson Gershoff dari Columbia University's National Center for Children in Poverty melakukan analisa terhadap data yang telah dikumpulkan selama 62 tahun dan menemukan bahwa semakin sering anak dipukul, semakin besar risiko anak tersebut mengalami masa kecil yang agresif (childhood aggression) dan perilaku anti-sosial lainnya seperti berbohong, berlaku curang dan "bullying". Anak-anak yang dibesarkan dengan pukulan biasanya tidak mempelajari cara membedakan yang mana yang benar dan yang salah dan biasanya berperilaku tidak benar dibelakang orangtuanya. Salah satu dari ibu yang pro memukul anak mengatakan "Anak saya berperilaku baik jika saya memukulnya -- tapi saya tidak tahu apakah dia begitu karena takut atau karena dia belajar untuk membedakan yang benar dan yang salah." Yang pasti, pukulan mengubah anak.

Jadi, apakah alternatifnya? Strategi berikut didasari pada keyakinan bahwa setiap anak berhak untuk diperlakukan dengan respect, meskipun pada saat ia bertingkah.

10 cara alternatif untuk menangani dilema dalam mendisiplinkan anak

1. Tegas namun tetap Sabar
Anak-anak cenderung lebih mendengarkan apa yang anda katakan jika menggunakan intonasi biasa / netral / standar.

2. Diamlah sejenak
Tidak ada salahnya anda mengatakan, "Bunda terlalu marah untuk menangani ini sekarang, kita bicarakan hal ini nanti."

3. Didik anak anda
Pada saat anda merasa ingin menghukum anak anda karena satu dan lain hal, cobalah untuk memberikan pengertian kepadanya. "Ibu tidak suka kalau kamu meletakkan sepatu roda di ruang depan. Lain kali, tolong letakkan di dalam gudang. Bagaimana supaya kamu bisa mengingat itu?"

4. Bersikap Positif
Daripada mengatakan "Berapa kali ayah harus menyuruh kamu untuk menyikat gigi?!", katakan "Ayo sikat gigi, nanti kalau sudah selesai, ayah antarkan ke tempat tidur."

5. Berikan penjelasan, bukan ancaman
Dengan memberikan anak anda penjelasan singkat kenapa dia harus melakukan apa yang anda suruh, anda memberikannya alasan untuk menjaga kelakuannya.

6. Jangan marah
Daripada memusatkan perhatian anda pada kesalahan / kelakuan buruk anak anda, cobalah untuk memandang setiap konflik sebagai kesempatan untuk mengarahkan dan mendidik anak anda.

7. Berikan insentif
Arahkan anak anda untuk bersikap kooperatif dengan cara seperti "Sudah waktunya kita pulang, ayo naiklah perosotan sekali lagi kemudian kita pulang. Mama ingin sampai di rumah sebelum gelap agar kita sempat membuat kue."

8. Fleksible
Jika si kecil meminta "Bolehkah saya menyelesaikan film ini sebelum kita pergi?" dan anda sebenarnya masih memiliki banyak waktu dan tidak terburu-buru, berikanlah dia kesempatan untuk menyelesaikan film-nya. Ini adalah cara yang baik bagi si kecil untuk mempelajari mengenai artinya negosiasi.

9. Hentikan sikap otoriter
Bersikap keras dan menunjukkan kekuasaan anda pada si kecil hanya akan membuat anda merasa frustasi dan hal ini sangat tidak produktif. Ajaklah anak anda untuk bersikap kooperatif dengan cara seperti, "Ibu ingin kamu memakai baju yang bersih, tapi kamu selalu memakai baju yang sama setiap hari. Apa yang membuat kamu pengen memakai baju itu terus dan bagaimana kita dapat menyelesaikan permasalahan ini?" Kemungkinan anak anda untuk bersikap kooperatif jauh lebih besar jika solusi berasal dari dirinya sendiri.

10. Be Smart
Para orang tua biasanya menangani permasalahan dengan suatu cara tertentu meskipun cara tersebut tidak membantu. Jika yang anda lakukan tidak berhasil, carilah cara yang lebih efektif dalam menanganinya. Tip: Jauh lebih gampang untuk mengubah cara anda dalam menangani / menghadapinya dibanding mencoba mengubah anak anda. Tanyalah pada diri anda, "Apakah cara lain yang bisa saya lakukan agar dapat memperoleh reaksi yang lebih baik dari anak saya?"


Diterjemahkan secara bebas dari : http://www.ivillage.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar